Alir Rasa_KomunikasiProduktif_KelasBundaSayang_IIP
Komunikasi adalah hal yang telah mendarah daging dalam setiap aspek kehidupan qt, dan dalam banyak hal memberikan banyak impact baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat dirasakan. Utamanya komunikasi yang paling mendasar adalah komunikasi yang kita bangun dalam keluarga kita. Baik komunikasi secara verbal maupun non verbal yang terjalin searah maupun dua arah (orang tua ke anak, anak ke orang tua, pasangan). Dalam keluarga sederhana kami, masih banyak membutuhkan perbaikan cara berkomunikasi yg sesuai dan cocok. alhamdullilah setelah beberapa pekan mengikuti kelas bunda sayang sedikit demi sedikit suasana komunikasi di keluarga kami mulai mencair n dalam proses menemukan ritme yang pas.
Meski banyak compang- camping disana sini, tapi kami sekeluarga masih terus berusaha memperbaiki gaya komunikasi yang sekiranya sesuai.
Berikut beberapa kendala terbesar yang dirasakan dalam komunikasi di keluarga kami:
1. Ego dan arogan yang sulit disetarakan ketika berkomunikasi dg pasangan, betapa mahalnya kata "MAAF", "TERIMAKASIH", "AKU CINTA/ SAYANG PADAMU".
2. Idealisme dan pendapat yang tidak selalu menemukan win win solution di setiap diskusi keluarga
3. Masih menjadi peer besar untuk berdamai dengan masa lalu ( terutama dengan gaya mendidik dari orang tua dahulu yang diturunkan kepada kita sedikit banyak memberikan pengaruh yang sulit hilang)
4. Perlunya management kesabaran dan pengolahan gaya bahasa agar nasehat bisa diterima oleh anak dg penuh kasih ssayang namun tegas diterima shga terpatri d dalam hati terutama saat letih melanda.
Beberapa solusi yang perlu follow up action secara istiqomah setelah mengikuti kelas bunda sayang:
1. Memperbaiki komunikasi dengan diri sendiri dengan mengganti kata negatif mnjadi positif dan yang dapat memotivasi diri
2. Memahami bahwa Frame Of Reference (FOR) dan Frame Of Experience (FOE) yang berbeda dari kita maka ada beberapa kaidah yang dapat diterapkan:
4. _There is NO failure, only WRONG RESULT, so we have to CHANGE our strategy_
Meski banyak compang- camping disana sini, tapi kami sekeluarga masih terus berusaha memperbaiki gaya komunikasi yang sekiranya sesuai.
Berikut beberapa kendala terbesar yang dirasakan dalam komunikasi di keluarga kami:
1. Ego dan arogan yang sulit disetarakan ketika berkomunikasi dg pasangan, betapa mahalnya kata "MAAF", "TERIMAKASIH", "AKU CINTA/ SAYANG PADAMU".
2. Idealisme dan pendapat yang tidak selalu menemukan win win solution di setiap diskusi keluarga
3. Masih menjadi peer besar untuk berdamai dengan masa lalu ( terutama dengan gaya mendidik dari orang tua dahulu yang diturunkan kepada kita sedikit banyak memberikan pengaruh yang sulit hilang)
4. Perlunya management kesabaran dan pengolahan gaya bahasa agar nasehat bisa diterima oleh anak dg penuh kasih ssayang namun tegas diterima shga terpatri d dalam hati terutama saat letih melanda.
Beberapa solusi yang perlu follow up action secara istiqomah setelah mengikuti kelas bunda sayang:
1. Memperbaiki komunikasi dengan diri sendiri dengan mengganti kata negatif mnjadi positif dan yang dapat memotivasi diri
2. Memahami bahwa Frame Of Reference (FOR) dan Frame Of Experience (FOE) yang berbeda dari kita maka ada beberapa kaidah yang dapat diterapkan:
a. *Kaidah 2C: Clear and Clarify*
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
b. *Choose the Right Time*
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
c. *Kaidah 7-38-55*
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
d. *Intensity of Eye Contact*
Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
e. *Kaidah: I'm responsible for my communication results*
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
3. *KOMUNIKASI DENGAN ANAK*
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
*_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_*
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. *Keep Information Short & Simple (KISS)*
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. *Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah*
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.
c. *Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d. *Fokus ke depan, bukan masa lalu*
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. *Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*
Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. *Fokus pada solusi bukan pada masalah*
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. *Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. *Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. *Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. *Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati*
⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. *Ganti perintah dengan pilihan*
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_
_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_
_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_
_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_
_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_
4. _There is NO failure, only WRONG RESULT, so we have to CHANGE our strategy_
Tidak ada kegagalan berkomunikasi itu yang ada hanya hasil yang berbeda, tidak sesuai harapan, untuk itu segera ubah strategy komunikasi anda.
Komentar
Posting Komentar