Hidayah dan Hijrah

Bismillah..

Assallamualaikum wr., wb..
Sebenarnya mau cerita malu, karena apalah kisah saya mungkin hanya remahan rengginang diantara teman- teman lain yang mugkin kisah hidupnya lebih bisa memotivasi. Tapi semoga kisah saya ini bisa menginspirasi dan saling menyemangati kawan- kawan yang lain yang mungkin " seperjuangan".

Baru hot berita artikel yang plagiat mengenai agama warisan yak, ya ada benarnya.. Saya adalah anak tunggal yang lahir dari keluarga yang kebetulan sangat heterogen. Ayah saya dari keluarga islam "Kaji" yang mengalir deras kebudayaan " nyantren" nya. Sebaliknya ibu saya dari keluarga yang khatolik ndakik banget (read: kental sekali). Kalau jaman dulu nikah campuran masih diperbolehkan dan kedua orangtua saya membuat perjanjian sebelum nikah untuk agama anak pertama ikut agama ibu saya. Dan ternyata allah menghendaki saya menjadi anak tunggal. Meskipun pada akhirnya mereka memilih untuk merajut kisah yang berbeda dengan perpisahan. Maka jadilah agama warisan saya saat itu adalah khatolik dan saya dibabtis dari bayi. Singkat cerita saya aktif sekali dalam keorganisasian khatolik menjadi MUDIKA (muda mudi Khatolik), menjadi lektor ( pembaca kitab suci) di hari raya keagamaan, pendalaman- pendalaman agama dan kitab suci bahkan termasuk dalam garis keras dalam debat lintas agama (ternasuk saat itu menganggap islam adalah agama yang mengajarkan paham teroris, poligami, pedofil, dll) maafkan jaman kejahiliahan saya. 

Keaktifan dan kevocalan saya mau tidak mau membuat saya semakin mendalami terjemahan alquran dan hadist (dengan tujuan mencari- cari kelemahan dan kesalahan agama islam). Karena saat itu saya mengalami permasalahan keluarga yang membuat image buruk tersendiri bagi saya dalam memandang islam. Namun Allah menghendaki kisah lain. Allah begitu sayang dan mengasihi saya dari kesekian banyak yang terjebak dalam kesesatan dan kegelapan. Seiring perjalanan justru membuat saya paham dan mengagumi islam namun belum berani melangkah lebih jauh karena takut dengan keluarga besar saya.

Terlebih ketika saya memutuskan menerima pinangan dari Renaldo Djunaedi Alkaaf yang saat itu sudah menerima agama warisan sebagai seorang muslim selama 25tahun namun masih minim masalah ilmu keagamannya (kisah yang berbeda pula mengenai perjuangan pranikah dan pasca menikahnya ). Kami dinikahkan oleh ayah saya tanpa restu ibu saya. Saat itulah saya memutuskan untuk menolak agama warisan dari orang tua saya dan suami mulai belajar dan mengimplimentasikan agama islam yang sudah diwarisi dari lahir. Membahas mengenai agama warisan maka menurut saya pribadi agama warisan kita adalah islam, karena sejati nya fitrah keyakinan kita dari Allah sebelum dilahirkan adalah percaya dan mengimani Allah, namun orang tua lah yang menjadikan anak itu seorang yahudi, nasrani atau majusi. Terlepas dari itu sang anak sendiri pun yang terus berusaha mencari kebenaran fitrah nya saya percaya akan kembali bermuara pada islam. Dalam konteks saya hidayah perlu dijemput bukan diwariskan dari orang tua maupun orang lain. Meski mungkin dalam proses membentuk frame of experience dan frame of reference nya membutuhkan orang lain.

Kami merangkak dan berjalan bersama- sama mencoba menapaki dan mulai belajar dengan tekun kehidupan yang inshaallah semoga masih di jalan yang Allah ridhoi. Dan semoga bukan di jalan orang- orang yang Allah sesatkan. Dan apalagi kondisi ibu saya yang mengidap kanker stadium 4 dan masih belum memberi restu bagi saya pindah agama dan menjadi ibu rumah tangga melepas semua gelar dan karir saya. Mengharuskan saya merawat beliau sambil meyakinkan dengan sangat perlahan ( sebenarnya bukan persoalan sederhana bagi kami..percayalah) . Namun kami pun memahami kegundahan beliau mengenai harapan- harapan beliau kepada anak perempuan semata wayangnya yang belum dan tidak bisa saya wujudkan kepada beliau. Dan semoga bisa saya coba wujudkan dan bahagiakan beliau dalam aspek yang lain.

Tapi kami berusaha menikmati setiap proses nya. Mencoba berhudznuson kepada Allah, diri sendiri n org lain. Mencoba berdamai dengan masa lalu dan mantap melangkah terus menata masa depan dengan ridho Allah. Sambil menjaga silaturhmai dengan keluarga ayah saya , keluarga suami saya apalagi yang menjadi prioritas tanggung jawab suami saya juga. 

Percaya bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umatnya, percaya bahwa ini merupakan proses memuliakan kami di hadapan Allah kelak, jadi tidak terlalu mengasihani diri sendiri. Percaya bahwa proses ini akan berbuah manis kelak..  amin

Sekarang?? ya.. kisah masih terus berlanjut.
setiap orang punya ujian dan fase hidup masing-
masing yang sesuai porsinya. Polemik dan ujian masih terus berjalan baik di keluarga kecil, keluarga besar maupun lingkungan kami. Tapi selama kami berada di jalan Allah, inshaallah kami percaya Allah akan tetap beri perlindungan, jalan keluar dan rahmatnya..

Sekian kisah yang bisa saya bagikan. Kami masih jauh dari sempurna dan kami masih terus belajar.. Mohon terus didoakan ya teman- teman 
Mohon dimaafkan untuk kata- kata yang kurang berkenan, tidak ada niatan menyudutkan atau menyinggung kelompok atau orang- orang tertentu. Semoga bisa dijadikan sharig kebaikan yang bisa diambil dan pelajaran agar dihindari bagi perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan. Semoga allah memberikan ampunan atas dosa dan kekhilafan yang dilakukan. 

wasaallamualaikum wr., wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME MATERI ‘MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA’ Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #2

Gaya Belajar Anak_IIP Malang_Day 4

Gaya Belajar Anak_IIP Malang_Day 7